Minggu, Juli 19, 2009

Transmisi Radio (Microwave)





Salah satu fungsi dari transmisi radio adalah untuk menghubungkan antara BTS (Base Tranceiver Station) ke BSC (Base System Control) agar percakapan bisa terlaksana antara MS (Mobile Station) A ke MS B, frekuensi yang banyak digunakan di dunia telekomunikasi untuk transmisi radio adalah frekuensi 15 GHz untuk jarak dekat misalnya di perkotaan dan 7 GHz untuk link yang cukup jauh biasanya di atas 10km jarak udara antara dua transmisi radio, hal yang mempengaruhi kualitas penerimaan sinyal (receive level) salah satunya adalah propagasi di daerah tersebut, propagasi gelombang radio terbagi atas :

1.
Gelombang permukaan, merambat “relatif dekat” dengan permukaan bumi jika dibandingkan terhadap panjang gelombangnya, contohnya pada band frekuensi LF ke bawah.
2.
Gelombang ruang (merupakan resultante antara gelombang langsung dan gelombang pantul), merambat “ relatif jauh” dengan permukaan bumi jika dibandingkan terhadap panjang gelombangnya, contohnya pada Frekuensi Radio > 1 GHz, yang juga dikenal sebagai gelombang
“mikro”.
3.
Gelombang langit (merupakan gelombang ruang yang dipancarkan ke langit), contoh pada band frekuensi HF dan pada frekuensi > 250 MHz.


Infrastruktur telekomunikasi terdiri dari berbagai perangkat, namun berbeda fungsinya satu sama lain terbentuk dalam satu sistem yang saling mendukung dalam menyalurkan sinyal informasi sehingga pelanggan dapat berkomunikasi dalam bentuk suara maupun data serta gambar. Sebagai rangkaian, tentu sarana yang dibangun atau yang dioperasikan oleh operator atau provider berperan sesuai fungsinya, misalkan pada telepon nirkabel (selular atau fixed wireless) yang paling dekat dengan pelanggan adalah BTS (Base Transceiver Station). Perangkat ini akan menerima panggilan dari MS (Mobile Station) atau lebih dikenal dengan handphone untuk disalurkan kepada pelanggan lain dimanapun berada sehingga terjadi hubungan. Demikian juga sebaliknya BTS akan meneruskan panggilan atau kiriman SMS (Short Message Service) atau data dari seorang pelanggan mitra yang ditujukan kepada pelanggannya.

Hubungan antar sesama pelanggan terjadi melalui tahapan-tahapan dari berbagai sarana yang tersedia. Satu di antara rangkaian perangkat tersebut adalah BSC (Base Station Controller) yang berfungsi untuk mengontrol dan memonitor semua aktivitas BTS termasuk menerima sinyal informasi untuk diteruskan ke MSC (Mobile Switching Centre) , selanjutnya dikirim kepada pelanggan yang dituju. Sama halnya dengan percakapan yang masuk ke MSC diteruskan ke BSC selanjutnya ke BTS dan tahapan akhirnya adalah panggilan (paging) kepada handphone milik pelanggan, kalau sedang aktif akan terjadi komunikasi. Bagi orang awam pertanyaan yang mengemuka, apakah ada sarana lain yang terlibat dalam menyalurkan sinyal informasi pelanggan dari BTS ke BSC. Jawabannya ada, yaitu perangkat radio microwave untuk membawa atau mengirim (transmit) sinyal tersebut, berfungsi sebagai transmisi dimana medianya adalah udara. Fungsi transmisi adalah membawa atau transport bagi sinyal sehingga dapat diteruskan kepada pelanggan yang dituju. Dalam sistem telekomunikasi dikenal beberapa sarana transmisi yaitu Kabel Laut, Kabel Optik, Satelit dan Radio Microwawe atau disingkat MW, kalau kapasitas kanal yang tersedia besar disebut backbone.


Radio microwave sebagai sarana transmisi memiliki peran penting dalam telekomunikasi termasuk telepon nirkabel, tanpa sarana tersebut bagaimana mungkin pelanggan dapat melakukan hubungan dengan mitranya. Walaupun sinyal informasi sudah diterima BTS, apabila tidak ada sarana yang membawa atau mengirim sinyal tersebut menuju perangkat lain, panggilan atau kiriman SMS, data dan gambar akan gagal atau tidak pernah sampai. Dengan kata lain kegagalan percakapan atau pengiriman SMS, data maupun gambar dapat terjadi kalau radio microwave mengalami gangguan. Gambaran keterkaitan sarana tersebut dapat dilihat di sekitar kita khususnya di daerah perkotaan dimana setiap tower yang berdiri terdapat antena BTS dan radio microwave. Kedua perangkat tersebut saling mendukung, dimana perangkat BTS berhubungan dengan handphone untuk menerima sinyal informasi dan meneruskan serta memanggil kalau ada call atau SMS yang ditujukan kepada pelanggan yang bersangkutan, sedangkan MW membawa atau mengirim sinyal tersebut.

Apabila sarana microwave sudah ada di suatu tempat untuk mendukung sarana lainnya berarti masyarakat dari lokasi tersebut sudah dapat menggunakan telepon nirkabel, seperti yang dialami masyarakat di Sorkam Kabupaten Tapanuli Tengah. Selama ini telepon merupakan suatu impian yang sudah lama ditunggu, pengoperasian BTS dengan perangkat MW bulan Oktober 2005 menjadikan impian tersebut sebagai suatu kenyataan. Kendala untuk berkomunikasi sudah tidak ada lagi, pelanggan di desa tersebut sewaktu-waktu dan bebas melakukan kontak dengan siapapun dan kemanapun. Memang tidak semua masyarakat mampu membeli handphone, hal ini dapat dijembatani dengan warung selular yang diperuntukkan bagi masyarakat yang akan menggunakan telepon dan menjadi peluang bisnis bagi yang mau mengelola. Agar telekomunikasi menjadi stimulator (pendorong) aktivitas masyarakat, operator atau provider tidak berhenti hanya membangun dan mengoperasikan saja, namun mengupayakan agar masyarakat luas memanfaatkannya diantaranya melalui penurunan tarif. Kalau boleh dikatakan saat ini tarif telepon selular cukup kompetitif, dengan nilai Rp.3000,- pengguna Mentari di Sorkam sudah dapat melakukan percakapan selama 2 menit dengan sanak saudara atau mitranya sesama pelanggan Mentari di Medan.

Kecepatan kirim percakapan atau SMS, data dan gambar pelanggan banyak ditentukan oleh transmisi yang tersedia dari suatu operator, hal ini menggambarkan kesinambungan pelayanan maupun keberhasilan panggilan tidak terlepas dari sarana transmisi yang ada. Berbicara transmisi tentu saja menyangkut kanal (Channel) yang tersedia, analoginya sama seperti jalan raya semakin besar jalan raya tersebut semakin banyak mobil yang dapat lewat. Demikian juga dengan kanal, semakin besar kapasitas yang tersedia berarti semakin bamyak informasi yang disalurkan.

Penggunaan dan Efektivitas

Penggunaan radio microwave sebagai sarana transmisi dapat dikategorikan sebagai back bone apabila memiliki kapasitas kanal yang besar dan trafik padat serta terhubung dengan terminal lain seperti antara BSC dengan MSC, atau MSC dengan MSC. Kemudian MSC dengan Sentral Gerbang Internasional (SGI) atau SGI dengan Stasiun Kabel Laut. Seperti halnya hubungan SGI-2 Medan dengan Stasiun Kabel Laut Pantai Cermin dihubungkan dengan radio microwave untuk menyalurkan semua sinyal informasi yang datang dari pelanggan selular Mentari, Matrix dan IM3, StarOne maupun pelanggan telepon dari rumah yang menggunakan SLI 001 maupun Flat Call 016, ke sarana transmisi kabel laut untuk dikirim ke pelanggan di luar negeri. Dalam lingkup ini, radio microwave tersebut menjadi back bone, kalau demikian halnya sebagai back bone akan menampung seluruh sinyal informasi yang datang dan tidak membedakan apakah sinyal tersebut berasal dari telepon selular atau telepon rumah. Dengan kata lain semua sinyal informasi yang masuk akan dikirim ketempat tujuan.

Walaupun jaringan transmisi tersebut diperuntukkan membawa sinyal informasi telepon selular, bukan berarti tidak dapat digunakan untuk menyalurkan sinyal informasi dari jasa yang lain. Hal ini tergantung kebutuhan, tinggal menyediakan kanal sebagai jalur pembawa. Sebagai jalur utama pembawa sinyal informasi pelanggan, rangkaian jaringan tersebut dikatakan back bone walaupun kapasitas kanal yang tersedia sebesar 16 E1 (baca iwan) dimana 1 E1 setara dengan 30 kanal. Perlu digaris bawahi, tidak semua penggunaan radio microwave dikatakan back bone, kadang kanya sebagai akses atau transmit misalkan yang ada di BTS dan juga disebut last mile kalau hanya digunakan untuk kebutuhan satu pelanggan.

Efektivitas penggunaan radio microwave sangat baik termasuk menjembatani daerah perkotaan yang padat penduduk dan penuh bangunan serta ruang yang tersedia terbatas. Namum pemasangan perangkat cukup mudah, boleh jadi diatap rumah bertingkat dan kualitas sinyal yang dihasilkan sangat baik. Walaupun ada kendala gedung tinggi namun masih ada tersedia ruang untuk membangun tower. Radio microwave juga menjembatani jarak khususnya di luar kota karena dapat dipasang dimana saja apakah diatas bukit, dikaki bukit dengan jarak garis lurus (line of sight) sepanjang 30 km. Paling utama yang harus diperhatikan pada saat pemasangan adalah mencari titik kordinat (pointing) yang paling sempurna diantara dua radio micro sehingga diperoleh line of sight yang optimal. Pengukuran harus dilakukan dengan seksama, kalau tidak pengaruhnya pada kualitas nantinya.

Biasanya untuk mencari posisi radio microwave khususnya di luar kota dilakukan melalui GPS (Global Positioning System) sehingga diperoleh titik kordinat yang paling tepat dilihat dari latitude (bujur) maupun longitude (lintang) berapa. Pada saat pengetesan harus dilakukan pengukuran ketepatan antena melalui Automatic Gain Controll (AGC).

Flow Sinyal Informasi

Perangkat radio microwave yang digunakan BTS dalam 2 kategori yaitu outdoor unit (ODU) dan indoor unit (IDU) dan masing-masing perangkat berbeda fungsinya. Bagaimana alur sinyal informasi yang diterima radio microwave dengan frekuensi 7 Ghz, diawali dari percakapan atau SMS, data dan gambar pelanggan yang diterima BTS dalam bentuk 2 Mbps seterusnya dikirim ke perangkat Multiplexer (IDU) untuk dikumpulkan/digabungkan menjadi baseband. Selanjutnya dikirim ke perangkat Modem (IDU) untuk dirubah menjadi sinyal Intermediate Frequency (IF) sebesar 70/140 Mbps tergantung dari peralatan yang digunakan. Langkah berikutnya dikirim ke perangkat Transmitter (ODU) dimana IF ditranslasi (digabung) menjadi sinyal Radio Freqeuency (RF) 7 Ghz. Pada saat translasi juga dilakukan penguatan daya dan seterusnya dipencarkan oleh antena.

Begitu juga sebaliknya, pada saat menerima sinyal informasi telepon selular dari radio microwave lawan, proses awalnya diterima antena masuk perangkat Transmitter (ODU) dalam bentuk sinyal Radio frequency (RF) 7 Ghz. Sinyal RF ini akan dirubah menjadi sinyal IF 70/140 Mpbs untuk dikirim ke perangkat Modem (IDU), dan sinyal IF dirubah (de modulasi) menjadi base band selanjutnya dikirim ke perangkat Multiplexer (IDU) untuk dipisahkan menjadi 2 Mbps dan dikirim ke link BTS.

Beberapa radio microwave yang dioperasikan bisa jadi berbeda frekuensinya disesuaikan dengan kebutuhan maupun jarak, namun perlu diketahui frekuensi berbanding terbalik dengan jarak. Radio microwave yang digunakan di luar kota dengan jarak 30 km menggunakan frekuensi 7Ghz, sedangkan untuk BTS yang dioperasikan di kota cenderung memakai frekuensi 18 Ghz dengan jarak 500 m s.d 2 km. Untuk jarak sedang 5 s.d 7 km menggunakan radio microwave 13 Ghz , dan frekeunsi 15 Ghz untuk jarak 3 s.d 5 km. Memanfaatkanfrekuensi yang berbeda dimaksudkan untuk menghindari interferensi frekuensi.

Untuk mendapatkan jarak optimal antara dua radio micrawave, harus didukung oleh besarnya diameter antena, ketinggian tower maupun penguatan power. Upaya yang dilakukan supaya kesinambungan pelayanan terjamin utamanya kualitas sinyal tetap bagus bagi microwave dengan jarak yang jauh, Pertama, pointing harus tepat sehingga tidak terjadi deviasi pancaran, Kedua, melakukan diversity yaitu space diversity dengan menambah antena penerima maupun frekuensi diversity. Dengan langkah tersebut dampak lingkungan seperti air, rawa yang dapat memantulkan pencaran dan pengaruh embun, hujan deras serta badai dapat diatasi.

Langkah lain dalam menjaga kualitas, secara berkala mengukur level sinyal (Receive Signal Level) yang diterima oleh antena, saat ini yang direkomendasikan adalah 30 s.d 40 desibel (dBm) untuk antena yang berjarak jauh. .Penurunan sinyal terjadi disebabkan pointing yang tidak sempurna, hujan yang sangat deras, performace perangkat turun boleh jadi karena faktor usia atau kurang pemeliharaan dan perangkat disambar petir. Apabila sistem grounding (pentanahan) tidak dibuat dengan baik untuk melindungi perangkat, kemungkinan besar antena radio microwave menjadi sasaran sambaran petir.

Seiring pengembangan teknologi telekomunikasi, terjadi terobosan dalam teknologi radio microwave sehingga mampu meningkatkan kapasitas menjadi 4 Synchronous Transfer Mode (STM -1), dimana STM -1 sama dengan 63 E1 berarti 4 STM-1 tersedia sebanyak 7680 kanal yang dapat digunakan dalam waktu bersamaan.

sumber: jambi independent,

Kamis, Juni 18, 2009

Sejarah Tower...



Secara historis, keberadaan tower telekomunikasi sudah ada di Amerika Utara sejak akhir abad ke-19 yang dibangun oleh Prancis di berbagai pelabuhan Amerika dan digunakan untuk layanan telegrap.

Sebagai contoh, penemuan layanan telegrap oleh Samuel Morse pada 1844 telah menggunakan tower yang tingginya berkisar 30 kaki dan dibangun di sepanjang jalan yang menghubungkan seluruh negara bagian Amerika.

Selanjutnya, penemuan sistem komunikasi tanpa kabel oleh Guglielmo Marconi pada 1899 telah mewarnai penggunaan tower telepon dan telegrap di kota-kota besar Amerika.

Awal abad ke-20, pembangunan menara semakin masif berkat penemuan teknologi telepon dan telegrap tanpa kabel untuk layanan komunikasi berbasis frekuensi radio. Namun fenomena ini ditentang masyarakat dengan alasan keberadaan tower-tower yang semakin tinggi dan menjamur tersebut berdampak mengurangi keindahan lingkungan dan menimbulkan gangguan (interferensi) pada siaran radio dan televisi.

Sejak itu, pertumbuhan dan ketinggian tower mulai berkurang yang pada gilirannya memicu regulator untuk menetapkan kebijakan penggunaan tower telekomunikasi secara bersama dengan penampilan yang lebih estetis. (berbagai sumber)